Tugas Minggu 4
Akibat ketidakstabilan politik di dalam luar negari dan pengelolaan ekonomi yang sangat buruk, pada dua decade pertama sejak kemerdekaan 1945 kondisi ekonomi dan social di Indonesia sangat buruk. Produksi dan investasi mengalami stagnasi, bahkan menurun drastic di bandingkan pada masa sebelum kemerdekaan, dan tingkat tahun 1938. Pada awal pemerintahan Oede Baru tahun 1996 yang dipimpin oleh Preseden Soeharto, rata-rat orang Indonesia berpenghasilan hanya sekita 50 dollar Amerika Serikat per tahun; sekitar 60 persen anak-anak Indonesia tidak dapat membaca dan menulis; dan mendekati 65 persen jumlah populasi hidup dalam kemiskinan absolute.
Menhadapi kondisi yang sangat buruk ini, pada tahun – tahun awal Orde Baru, tiga langkah pendting langsung dilakukan oleh pemerintah, yakni stabilitas, rehabilisasi, dan rekonstruksi ekonomi. Selain tiga langkah tersebut, pemerintah juga mempunyai rencana pembangunan lima tahun (Repelita) yang dilaksanakan secara bertahap. Repelita ini dimulai tahun 1969 dengan Repelita pertama, dan membuat sejumlah kebijakan reformasi ekonomi yang krusial pada decade 70-an dan 80-an, termasuk liberalisasi investasi, neraca modal, perbankan, dan perdagangan eksternal. Berbeda dengan periode Orde Lama, pada Era Orde Baru, industry merupakan sector prioritas utama.
Selai itu, langkah lain yang dilakukan oleh Soeharto yang juga sangat menentukan keberhasilan Orde Baru dalam pembangunan ekonomi, paling tidak ditingkat makro adalah membuka kembali hubungan baik dengan pihak barat. Salah satu konkretnya adalah memulai mengalirnya sana dari luar negri ke Indonesia, tidak hanya dalam bentuk PMA, tetapi juga BLN yang sebagian besar berupa pinjaman lunak. Lahirlah suatu konsorsium Negara-negara donor yang dikenal dengan sebutan IGGI yang dipimpin ileh Negara Belanda yang kemudian berubah menjadi CGI pada awal decade 90-an di bawah koordinasi Bank Dunia.
Hasil konkret langkah-langkah di atas adalah pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat dan berlangsung lama tanpa terputus selama decade 80-an hingga 1997, sesaat sebelum krisis ekonomi muncil yang mencapai titik terburuknya tahun 1998. Berdasarkan data deret waktu dari Badan Pusat Statistik (BPS), selama Orde Baru laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai rata-rata 7 persen, atau selama pertengahan tahun pertama 1990-an, antara 7,3 hingga 8,2 persen. Pertumbuhan yang tinggi ini menhasilkan peningkatan pendapatan per kapita lebih dari 10 kali lipat dari 70 dollar AS tahun1969 ke 1.100 dollar AS tahun 1997. Namun, akibat krisis ekonomi 1997/1998, kegiatan ekonomi Indonesia, khususnya di sector formal, praktis terhenti. Krisis itu diawali oleh jatuhnya nilai mata uang bath Thailand terhadap dollar AS, dan akhirnya berdampak pada nilai mata uang beberapa Negara lainnya di Asia terutama di Indonesia, peso Philipina, dan won Korea Selatan. Dari pertengahan 1997 ketika rupiah mulai terdepresiasi terhadap dollar AS, sehingga pertengahan 1998 nilai rupiah jatuh lebih dari 500 persen. Konsekuensinya, banyak perusahaan, terutam skala besar termasuk sejumlah konglomerat, yang selama er a Orde Baru sangat tergantung pada impor bahan baku dan atau barang setengah jadi seperti komponen dan banyak meminjam uang dari bank-bank komersial di luar negri, terpaksa mengurangi bahakn menghentikan sama sekali kegiatan produksi mereka karena biaya impor dalam rupiah menjadi sangat mahal dan jumlah rupiah yang diperlukan untuk membayar cicilan utang menjadi sangat besar. Akibatnya banyak perusahaan di dalam negri sejak merdeka, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan negative hingga 13 persen pada tahun 1998.
Pada tahun 1999 ekonomi indoensia mulai pulih, dan dalam bebrapa tahun belakangan ini, Indonesia kembali mencapai derajat stabilitas ekonomi makro yang sehat; walaupun pada tahun 2005 laju pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 5,5 persen, lebih rendah dari harapan pada saar itu, yakni 6,5 persen. Pengurangan subsidi pemerintah untuk bahan bakar minyak Oktober 3005 sebagai suatu konsekuensi logis dari meroketnya harga BBM di pasar dunia yang mencapai lebih dari 50 dollar AS per barrel mengakibatkan harga BBM di dalam negri meningkat lebih dari 100 persen. Hal ini memicu kenaikan inflansi domestik yang tinggi. Juga sebagi efek pengganda dari pemotongan subsidi BBM tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sekita 6 persen.
Tahun 2006, pertumbuha GDP yang hanya sekitar 5,1 persen pada triwulan pertama juga mencapai tingkat lebih rendah daripada 6 persen. Rendahnya pertumbuhan investasi yang hanya mencapai 0,8 persen merupakan penyebab utama tidak tercapainya angka pertumbuhan ekonomi yang di targetkan pemerintah, yakni diatas 6 persen. Pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut dimotori oleh pertumbuhan ekspor yang sepanjang tahun yang sama lebih di tunjang oleh membaikanya harga internasional beberapa komoditas ekspor dari sector pertanian danb sector pertambangan, bikan disebabkan oleh volume ekspor yang meningkat. Menurut laporan tahunan dari IMF tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2006 diprediksi lebih rendah daripada harapan pemerintah, yakni hanya 5 persen dan akan tumbuh 6 persen tahun 2007.
Sebagai perbandingan lainnya, terutama untuk melihat kinerja ekonomi Indonesia selama Orde Baru secara relative, memaparkan data mengenai laju pertumbuhan PDB rill rata-rata per tahun di Indonesia dan di tiga NB besar lainnya, yakni India, Brazil, dan Cina, dan NB sebagai satu grup untuk periode 1970-2000. Dalam 30 tahun tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercata 5,7 persen per tahun. Tingkat ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan semua NB, tetapi sangat rendah jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Cina yang mencapai sekitar 7,1 persen. Untuk 10 tahun pertama, pertumbuhan eknomi India tercata paling rendah diantara keempat Negara tersebut, sedangkan pertumbuhan ekonomi Barzil paling tinggi, disusul oleh Indonesia. Namun, pada 10 tahun terakhir situasinya berubah : Cina menjadi unggul dengan laju pertumbuhan rata-rata sedikit di atas 10 persen, sedangkan akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah terus, dari 7,9 persen dalam decade 70-an ke 6,4 persen selama periode 80-an dan 4,3 persen dalam decade 90-an.
Dalam lintasan sejarah, pembangunan sebagi sebuah upaya penataan ekonomi sebuah Negara – bias di telusuru dalam kurun waktu yang lama. Bahakan, pemikiran,-pemikiran adam sith yang di susun sejak abad-18 masih di jadikan rujukan bagi pembanguna ekonomi saat ini, khususnya Negara-negara maju yang mengidentifikasi ekonominya sebagai mazhab kapitalis. Tetapi dalam penyelengaraannya, proyek pembangunan sempat terhenti akibat Perang Dunia II yang melantakan sebagian besar Negara, terutam Negara-negara eropa. Setelah Perang Dunia II itulah, eropa yang hancur lebur akibat perang, dengan sendirinya memerlukan pembangunan untuk menata kembalinya perekonomiannya. Instrument pembangunan ini adalah program bantuan besar dari Amerika Serikat, yakni Marshal Aid. Program ini memiliki tujuan ganda, untuk menjalankan ekonomi dunia dan menahan laju komunisme.
Tampak sejak awal gagasan pembangunan yang mulai marak di jalankan setelah Perang Dunia II itu memiliki dua tujuan penting, khususnya lewat program Marshal Aid. Pertama, pembangunan di pakau sebagai alat untuk menyebar tata ekonomia tunggal dunia, di mana model ini mendasarkan diri pada mekanisme pasar dan liberalisasi perdagangan. Tata ekonomi tersebut di harapkan bias mengintergretasikan setiap Negara dalam sebuah ikatan perekonomian dan menimbulkan efisiensi alokasi sumberdaya pada level internasional. Kedua, pembanguna juga memiliki tujuan politis untuk menahan perluasan ide dan penerapan komunisme yang di anggap membahayakan kepentingan amerika serikat. Bagi Negara-negara penganjur kapitalisme, komunisme nerupakan virus jahat yang tidak saja bertentangan dengan nilai-nilai kapitalisme, tetapi juga berpotensi mematikan kebebasan individu, khususnya dalam mengerjakan aktivitas ekonomi dan politik. Realitas inilah yang pantas di catat untuk memahami peta pembangunan dunia yang berlangsung saat ini.berikut data yang di ambil dari BPS mengenai pertumbuhan ekonomi di indonesia.
1. ekspor-impor bulanan
1. ekspor-impor bulanan
tahun 2010
sumber : BPS |
2. Pertumbuhan Indeks Produksi Bulanan Industri Besar dan Sedang , 2003-2010
sumber : BPS |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar