Tujuannya untuk mengurangi risiko dari penggunaan mata uang ketiga yang nilai tukarnya berubah-ubah.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan bahwa penggunaan mata uang lokal sesama anggota ASEAN plus three memiliki risiko lebih kecil.
Untuk itu, ASEAN perlu meningkatkan volume perdagangan dan investasi. “Khusus untuk volume perdagangan, itu juga dibicarakan tentang upaya mendorong untuk lebih banyak menggunakan local currency, mata uang lokal, dari masing-masing negara,” kata Agus usai mengikuti ASEAN Business Forum di Jakarta Convention Center, Jumat (6/5).
Menurut dia, penggunaan mata uang lokal ini berlaku untuk negara-negara ASEAN atau negara ASEAN dengan China, Jepang, dan Korea.
Agus menegaskan, penggunaan mata uang lokal itu segera dituangkan dalam bentuk perjanjian yang melibatkan bank-bank sentral negara ASEAN.
“Juga dibicarakan tentang pentingnya bank-bank sentral di negara itu mempelajari kemungkinan untuk bisa melakukan dan mempersiapkan fasilitas bilateral swap agreement menggunakan mata uang lokal,” kata Agus.
Dengan perjanjian itu, bank sentral negara-negara ASEAN akan saling berhubungan.
Bilateral swap agreement merupakan fasilitas bantuan keuangan jangka pendek dalam bentuk penukaran mata uang asing. Tujuannya memperkuat cadangan devisa negara yang mengalami kesulitan neraca pembayaran jangka pendek. Agus mengatakan, para deputi menkeu ASEAN diperintahkan untuk membahas isu ini lebih dalam.
“Kita juga memberikan arahan kepada para deputi untuk mendiskusikan ini lebih dalam, yaitu kemungkinan penggunaan local currency pada saat melakukan perdagangan antarnegara,” kata Agus menegaskan.
Namun ia belum bisa memastikan kapan perjanjian itu disepakati. Sebab butuh waktu yang panjang untuk merealisasikannya.
“Ini terobosan yang baik, dan ini perlu ditindaklanjuti karena kadang kalau kita berdua berdagang menggunakan mata uang ketiga kadang kalau mata uang ketiga itu berubah-ubah kan bisa membuat yang tadinya tidak ada risiko menjadi ada risiko begitu,” kata Agus.
JAKARTA. Indonesia mendorong gagasan penguatan mata uang lokal dalam perdagangan antarnegara ASEAN dan ASEAN plus three (Cina, Jepang, dan Korea). Hal itu untuk mencegah penggunaan mata uang ketiga yang rentan terhadap risiko karena nilai tukar yang berubah-ubah. Penggunaan mata uang lokal memiliki risiko lebih kecil.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyampaikan ASEAN perlu meningkatkan volume perdagangan dan investasi. "Khusus untuk volume perdagangan, itu juga dibicarakan tentang upaya mendorong untuk lebih banyak menggunakan local currency, mata uang lokal dari masing-masing negara," tegas Menkeu, Jumat (6/5).
Menurut Agus penggunaan mata uang lokal ini berlaku untuk negara-negara ASEAN atau negara ASEAN dengan Cina, Jepang, dan Korea. Agus menegaskan, penggunaan mata uang lokal itu segera dituangkan dalam bentuk perjanjian yang melibatkan bank-bank sentral negara ASEAN.
"Juga dibicarakan tentang pentingnya bank-bank sentral di negara itu mempelajari kemungkinan untuk bisa melakukan dan mempersiapkan fasilitas bilateral swap agreement menggunakan mata uang lokal," kata Agus. Dengan perjanjian itu, bank sentral negara-negara ASEAN akan saling berhubungan.
Bilateral swap agreement merupakan fasilitas bantuan keuangan jangka pendek dalam bentuk penukaran mata uang asing. Tujuannya memperkuat cadangan devisa negara yang mengalami kesulitan neraca pembayaran jangka pendek. Agus mengatakan, para deputi Menkeu ASEAN diperintahkan untuk membahas isu ini lebih dalam.
"Kita juga memberikan arahan kepada para deputi untuk mendiskusikan ini lebih dalam, yaitu kemungkinan penggunaan local currency pada saat melakukan perdagangan antarnegara," ucapnya.
Sayangnya Agus belum bisa memastikan kapan perjanjian itu disepakati. "Ini terobosan yang baik, dan ini perlu ditindaklanjuti karena kadang kalau kita berdua berdagang menggunakan mata uang ketiga kadang kalau mata uang ketiga itu berubah-ubah kan bisa membuat yang tadinya tidak ada risiko menjadi ada risiko begitu," tutupnya.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyampaikan ASEAN perlu meningkatkan volume perdagangan dan investasi. "Khusus untuk volume perdagangan, itu juga dibicarakan tentang upaya mendorong untuk lebih banyak menggunakan local currency, mata uang lokal dari masing-masing negara," tegas Menkeu, Jumat (6/5).
Menurut Agus penggunaan mata uang lokal ini berlaku untuk negara-negara ASEAN atau negara ASEAN dengan Cina, Jepang, dan Korea. Agus menegaskan, penggunaan mata uang lokal itu segera dituangkan dalam bentuk perjanjian yang melibatkan bank-bank sentral negara ASEAN.
"Juga dibicarakan tentang pentingnya bank-bank sentral di negara itu mempelajari kemungkinan untuk bisa melakukan dan mempersiapkan fasilitas bilateral swap agreement menggunakan mata uang lokal," kata Agus. Dengan perjanjian itu, bank sentral negara-negara ASEAN akan saling berhubungan.
Bilateral swap agreement merupakan fasilitas bantuan keuangan jangka pendek dalam bentuk penukaran mata uang asing. Tujuannya memperkuat cadangan devisa negara yang mengalami kesulitan neraca pembayaran jangka pendek. Agus mengatakan, para deputi Menkeu ASEAN diperintahkan untuk membahas isu ini lebih dalam.
"Kita juga memberikan arahan kepada para deputi untuk mendiskusikan ini lebih dalam, yaitu kemungkinan penggunaan local currency pada saat melakukan perdagangan antarnegara," ucapnya.
Sayangnya Agus belum bisa memastikan kapan perjanjian itu disepakati. "Ini terobosan yang baik, dan ini perlu ditindaklanjuti karena kadang kalau kita berdua berdagang menggunakan mata uang ketiga kadang kalau mata uang ketiga itu berubah-ubah kan bisa membuat yang tadinya tidak ada risiko menjadi ada risiko begitu," tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar